Home » » Muhammad Al Fatih, Inspirasi Kader PKS

Muhammad Al Fatih, Inspirasi Kader PKS

Written By Unknown on Kamis, 23 Mei 2013 | Kamis, Mei 23, 2013

Kunjungan para pimpinan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ke Istanbul, Turki, digunakan untuk mengambil inspirasi untuk para kader PKS dari sang penakluk Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih. Kader PKS dapat mengambil banyak pelajaran dari tokoh pemimpin muda itu.


Ketua Fraksi PKS, Hidayat Nur Wahid membuka diskusi dengan menceritakan soal fakta sejarah penaklukan kota Konstantinopel pada abad ke-15 hingga gaya kepemimpinan Muhammad Al-Fatih yang begitu fenomenal di masa itu.

Diskusi yang digelar di benteng Konstatinopel, taman museum Panorama, Istanbul, Turki, diikuti Presiden PKS Anis Matta dan Ketua Komisi I DPR dari PKS, Mahfudz Siddik. ”Oleh Muhammad Al-Fatih, kota ini diubah namanya dari Konstantinopel jadi Islambul, entah kenapa jadi Istanbul sekarang,” Jelas Hidayat.

Dari sosok Muhammad Al-Fatih, lanjut Hidayat, sejumlah inspirasi bisa ditiru oleh para kader PKS. Di antarnya, pemimpin muda itu memiliki kepribadian yang agung dan sangat suka dengan sejarah. “Sehingga dia tidak mengulangi lagi kegagalan pemimpin sebelumnya,” tuturnya.

Tak hanya itu, Al-Fatih juga dikenal sebagai orang yang detail dalam memperhatikan hal-hal di sekelilingnya. Mulai dari urusan administrasi hingga masalah militer. Pria yang menaklukkan Konstantinopel di usia 19 tahun itu juga menaruh minat pada perkembangan teknologi. “Beliau juga menguasai banyak bahasa asing,” terang Hidayat.

Meski demikian, Hidayat mengingatkan para kader PKS, untuk menundukkan kota Konstantinopel itu diperlukan waktu hingga 8 abad. Saat ini, PKS yang baru berusia 15 tahun masih membutuhkan perjalanan panjang untuk menggapai kesuksesan. ”Tetapi dengan kepemimpinan unggul, maka waktu yang panjang itu bisa dipotong pendek,” pesan Hidayat.
Mahfudz Siddik dalam diskusi itu berbicara tentang kaitannya gaya kepemimpinan Al-Fatih dengan politik hubungan luar negeri di Indonesia. Ia mengisahkan tiga fase politik luar negeri Indonesia, dan menurutnya yang lebih baik adalah ketika masa Orde Lama. ”Saat ini politik luar negeri konfrontatif, saat itu leverage politik meningkat sangat kuat, tidak ada orang tidak kenal sosok Soekarno,” imbuhnya dalam perbincangan yang semakin hangat ini.
Di era Orde Baru dan Reformasi, lanjut Mahfudz, politik luar negeri Indonesia lebih akomodatif. Ke depannya ia berharap pemimpin Indonesia lebih bisa memainkan peranan yang lebih besar di dunia internasional. Mengingat latar belakangnya sebagai negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Sehingga harapannya bisa menjadi kiblat politik islam di Dunia.


Sumber: Fimadani News
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template Copyright © 2013. PKS Tanah Baru - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Blog ini terbit sejak Mei 2013